Senin, 11 Juli 2011

Titrasi iodometri


TITRASI IODOMETRI
DENGAN NATRIUM TIOSULFAT SEBAGAI TITRAN
Titrasi redoks merupakan jenis titrasi yang paling banyak jenisnya. Terbaginya titrasi ini dikarenakan tidak ada satu senyawa (titran) yang dapat bereaksi dengan semua senyawa oksidator dan reduktor, sehingga diperlukan berbagai senyawa titran. Karena prinsipnya adalah reaksi redoks, sehingga pastinya akan melibatkan senyawa reduktor dan oksidator, karena Titrasi redoks melibatkan reaksi oksidasi dan reduksi antara titrant dan analit. Jadi kalau titrannya oksidator maka sampelnya adalah reduktor, dan kalau titrannya reduktor maka samplenya adalah oksidator.
Salah satu jenis titrasi redoks adalah titrasi iodometri. Iodometri adalah analisa titrimetri yang secara tidak langsung untuk zat yang bersifat oksidator seperti besi (III), tembaga (II), dimana zat ini akan mengoksidasi iodida yang ditambahkan membentuk iodin. Metode titrasi iodometri (tak langsung) menggunakan larutan Na2S2O3 sebagai titran untuk menentukan kadar iodium yang dibebaskan pada suatu reaksi redoks. Garam ini biasanya berbentuk sabagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O. Larutan tidak boleh distandarisasi dengan penimbangan secara langsung, tetapi harus distandarisasi dengan standar primer, larutan natrium tiosulfat tidak stabil untuk waktu yang lama. Tembaga murni dapat digunakan sebagi standar primer untuk natrium tiosulfat.
Dalam iodometri I- dioksidasi oleh suatu oksidator. Jika oksidatornya kuat tidak apa - apa, tetapi jika oksidatornya lemah maka oksidasinya berlangsung sangat lambat dan mungkin tidak sempurna, ini harus dihindari. Cara menghindarinya :
-          Memperbesar [H+], jika oksidasinya kuat dengan menambah H+ atau menurunkan pH.
-          Memperbesar [I-], misalnya oksidasi dengan Fe3+.
-          Dengan mengeluarkan I2 yang berbentuk dari campuran reaksi : misalnya dikocok dengan kloroform, karbon tetra klorida atau bisulfida, maka I2 akan masuk dalam pelarut organik ini, sebab I2 lebih mudah larut dalam senyawa solven organic daripada dalam air.
Reaksi yang terjadi pada titrasi iodometri untuk penentuan iodat adalah sebagai berikut :
IO3-  + 5I-  + 6H+ → 3I2  + H2O
I2 + 2S2O32-  → 2I- + S4O62-


Penyiapan Natrium Tiosulfat 0,1 N
Natrium tiosulfat berupa hablur besar, tidak berwarna, atau serbuk hablur kasar.Mengkilap dalam udara lembab dan mekar dalam udara kering pada suhu lebih dari 33°C. Larutannya netral atau basa lemah terhadap lakmus. Sangat mudah larut dalam air dan tidak larut dalam etanol. Natrium tiosulfat Na2S2O3.5H2O mudah diperoleh dalam kemurnian yang tinggi, tetapi selalu ada sedikit ketidakpastian akan kandungan air yang setepatnya, karena sifat efloresen (melapuk - lekang) dari garam itu. Karena itu zat ini tidak sesuai sebagai standar primer.
Suatu larutan yang kira - kira 0,1 N disiapkan dengan melarutkan 25 gram kristal natrium tiosulfat pro analisis, Na2S2O3.5H2O, lalu di larutkan dalam air suling yang baru saja dididihkan dan setelah itu diencerkan menjadi 1 liter dalam sebuah labu volumetri dengan air yang telah dididihkan. Jika larutan hendak disimpan lebih dari beberapa hari maka tambahkan 0,1 gram natrium karbonat atau 3 tetes kloroform. 

Standarisasi Larutan Natrium Tiosulfat
            Tiosulfat yang diapakai dalam titrasi iodometri dapat distandarisasi dengan menggunakan senyawa oksidator yang memiliki kemurnian tinggi (analytical grade), seperti dengan kalium iodat, kalium dikromat, dengan larutan iod standar, dan serium (IV) sulfat.
Salah satu cara yang sering digunakan dalam menstandarisasi natrium tiosulfat adalah dengan larutan iod standar. Jika suatu larutan iod standar ukurkan satu porsi masing – masing 25 cm3 kemudian dimasukkan dalam labu Erlenmeyer 250 cm3, tambahkan kira – kira 150 cm3 air suling dan titrasi dengan larutan tiosulfat dengan menambahkan 2 cm3 larutan kanji ketika cairan berwarna kuning pucat.
Bila larutan tiosulfat ditambahakan kepada suatu larutan yang mengandung iod, reaksi keseluruhan, yang terjadi dengan cepat dan secara stoikiometri pada kondisi - kondisi eksperimen biasa (pH<5), adalah :
            2S2O32- + I2 = S4O62- + 2I-
Atau   2S2O32- + I3 = S4O62- + 3I-

Mengapa Kita Menitrasi Langsung Antara Tiosulfat Dengan Analit?
Beberapa alasan yang dapat dijabarkan adalah karena analit yang bersifat sebagai oksidator dapat mengoksidasi tiosulfat menjadi senyawan yang bilangan oksidasinya lebih tinggi dari tetrationat dan umumnya reaksi ini tidak stoikiometri. Alasa kedua adalah tiosulfat dapat membentuk ion kompleks dengan beberapa ion logam seperti Besi (II).

Indikator
Dalam penentuan titik akhir titrasi pada titrasi redoks digunakan indikator, dimana indikator ini memberikan perubahan warna yang berbeda pada saat terjadi oksidasi dan reduksi. Indikator - indikator yang digunakan dalam titrasi redoks adalah sebagai berikut:
  •  Auto Indikator (warna dari pereaksinya sendiri), apabila pereaksinya sudah mempunyai warna yang kuat, kemudian warna tersebut hilang atau berubah bila direaksikan dengan zat lain maka pereaksi tersebut dapat bertindak sebagai indikator. Contoh : KMnO4 berwarna ungu dila direduksi berubah menjadi ion Mn2+ yang tidak berwarna.
  • Larutan I2 yang berwarna kuning coklat, titik akhir dapat diketahui dari awal terbentuknya atau hilangnya warna kuning, perubahan warna ini dipertajam dengan larutan amilum atau kloroform atau karbon tetraklorida : a.       I2 dengan amilum berwarna biru. Amilum terdiri dari amilosa dan amipektin, amilosa dengan I2 berwarna biru sedangkan amilopektin dengan I2 berwarna ungu. b.      I2 larut dalm kloroform atau karbon tetraklorida berwarna ungu.
  • Indikator Redoks, indikator redoks adalah indikator yang berwarna dalam bentuk oksidasinya berbeda dengan warna dsalam bentuk reduksinya. Contoh larutan difenilamin atau difenilbenisidin dalam asam sulfat pekat. Ferro-fenantrolin disebut juga ferroin.
  • Indikator Eksternal, dipergunakan apabila indikator internal tidak ada. Contoh ferrisianida untuk penentuan ion ferro memberikan warna biru (ferro - ferrisianida) pada keping tetes dilakukan di luar labu titrasi.
  • Indikator Spesifik, yaitu zat yang bereaksi secara khas dengan salah satu pereaksi dalam titrasi menghasilkan warna. Contoh amilum membentuk warna biru dengan iodium, atau tiosianat membentuk warna merah dengan ion ferri.
Adapun indikator yang digunakan dalam titrasi iodometri adalah indicator kanji, dimana warna dari sebuah larutan iodin 0,1 N cukup intens sehingga iodine dapat bertindak sebagai indicator bagi dirinya sendiri. Iodin juga memberikan warna ungu atau violet yang intens untuk zat – zat pelarut seperti karbon tetra klorida dan kloroform. Namun demikian, larutan dari kanji lebih umum dipergunakan karena warna biru gelap dari kompleks iodin – kanji bertindak sebagai suatu tes yang amat sensitif untuk iodin.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Semoga bermanfaat..